Sunday 11 May 2008

Semakin Capek Semakin Ngeresap

Sepasang manula bapa Suryana dan ibu Ati bersemangat dalam kelelahan mengumpulkan rumput buat makanan sapinya. Setelah dipotong kemudian bersama-sama suami pasangan manula itu mengisi dalam karung. Sang suami memikul sampai ke kandang sapi, berbatasan dengan dapur rumahnya. Saya selalu menyapa setiap bertemu mereka lagi menyabit rumput di samping halaman pabrik kami.

Ibu Atu menympari saya ketika memarkir mobil di bawah payungan daun pohon ketapang. Saya menasedhati agar menjaga kesehatan. Dia menjawab dengan santai tetapi tegas:"Biar capek, biar semakin ngeresap".

Mereka seharusnya bisa beristirahat dan bersenang saja. Karena mereka hidup hanya berdua. Ada ternak sapi dan kambing. Ada sawah dan lagang. Punya tanah lumayan luas. Hasil panen berlebihan untuk konsumsi berdua, apa lagi mak Ati mengidap darah tinggi. Semakin sedikit kebutuhan makanan setiap hari. Saya juga tahu mereka mempunyai simpanan uang cukup, bahkan termasuk banyak untuk ukuran keluarga biasa.
Mereka terus bekerja dan katanya semakin banyak kerjanya atau semakin lelah akan semakin baik untuk mereka. Mereka merasa bahagia melakukan semuanya itu.

Capek, kelelahan, penat mempunyai pengertian sama. Kehabisan tenaga dan semangat untuk bekerja lagi. Pada saat lelah karena kerja ada orang yang merasa ingin bebas dari pekerjaan itu. Ketika bekerja sebagai tuntutan dari pihak lain atau sebagai kewajiban, maka kerja menjadi sebuah beban. Capek atau kelelahan sebagai sesuatu yang dihindari.

Berbeda dengan Mak Ati dan bapak Suryana. Kerja keras dihayati atau diresapi sebagai sesuatu yang enak, nyaman. Katanya semakin capek semakin ngeresap. Bekerja sudah sebagai rekreasi yang memberikan kebahagiaan. Kelelahan diterima sebagai kewajaran yang harus diterima setelah berolah badan. Kerja itu bagi Mak Ati dan bapak Suryana, bekerja itu sebagai bagian dari eksistensi pribadi. Mereka merasa masih berarti dengan bekerja. Mereka harus terus kelihatan kuat dan hidup lama. Banyak orang bekerja dan terus bekerja dlam tekanan. Kerja sebagai wajib, karena kalau tidak kerja lenyap sesuap nasinya. Ada ketergantungan. Tidak ada kebebesan. Sangat terbalik dengan Mak Ati dan Bapak Suryana dalam melaksanakan pekerjaan mereka.


1 comment:

Anonymous said...

Seandainya lebih banyak orang bisa sebijak bapak dan ibu itu. Do what we like, and like what we do.